TIMES PRIANGAN TIMUR, PANGANDARAN – Sebanyak 1.517 pedagang pasar tradisional di Kabupaten Pangandaran bangkut dan memilih menutup tempat berjualan.
Berdasarkan data jumlah kios, los dan PKL di 3 pasar tradisional se Kabupaten Pangandaran tercatat sebanyak 2.370.
Dari 2.370 pedagang yang berjualan di 3 pasar tradisional yang masih aktif hanya 825 pedagang dan 1.517 pedagang sudah tidak aktif.
Kepala Dinas Koperasi UKM Perdagangan Dan Perindustrian Kabupaten Pangandaran Tedi Garnida mengatakan, pasar tradisional yang dikelola Pemerintah Kabupaten ada 3 yaitu pasar Pananjung, pasar Parigi dan pasar Kalipucang.
Kondisi pasar tradisional Pananjung ada 1.154 pedagang terdiri dari 649 kios, 81 los dan 424 PKL.
Pedagang pemilik kios yang masih aktif 292, sedangkan 357 tidak aktif. Pedagang pemilik los yang masih aktif 61 sedangkan yang tidak aktif 20, untuk pedagang PKL yang masih aktif 226, sementara yang tidak aktif 198.
Kondisi pasar tradisional Parigi ada 705 pedagang terdiri dari 386 kios, 192 los dan 127 PKL.
Pedagang pemilik kios yang masih aktif 66, sedangkan 320 tidak aktif. Pedagang pemilik los yang masih aktif 20 sedangkan yang tidak aktif 172, untuk pedagang PKL yang masih aktif 29, sementara yang tidak aktif 98.
Kondisi pasar tradisional Kalipucang ada 511 pedagang terdiri dari 346 kios, 125 los dan 40 PKL.
Pedagang pemilik kios yang masih aktif 98, sedangkan 248 tidak aktif. Pedagang pemilik los yang masih aktif 30 sedangkan yang tidak aktif 95, untuk pedagang PKL yang masih aktif 3, sementara yang tidak aktif 9.
"Kondisi pedagang pasar tradisional di Kabupaten Pangandaran kian memprihatinkan, banyak dari mereka terpaksa gulung tikar akibat lesunya daya beli masyarakat," kata Tedi, Senin (3/7/2025).
Tedi menambahkan, mereka para pedagang baik pedagang kios, pedagang los dan pedagang PKL dihadapkan pada persoalan diantaranya kenaikan harga barang pokok, hingga persaingan tidak sehat dengan toko modern dan sistem digital yang semakin mendominasi.
"Pantauan kami di 3 lokasi pasar tradisional yang dikelola Pemerintah Kabupaten banyak tempat dagang baik kios, los dan PKL tutup secara permanen," tambahnya.
Bahkan, ada yang sudah beralih profesi karena tidak mampu lagi menutupi biaya operasional harian.
"Mereka pedagang sudah enam bulan ini sepi, pembeli makin jarang, barang tidak laku, sedangkan biaya sewa kios dan kebutuhan rumah tangga tetap harus jalan," jelas Tedi.
Penurunan aktivitas pedagang pasar hingga 30 persen dalam satu tahun terakhir, kondisi ini diperparah dengan kondisi digitalisasi perdagangan online sehingga pedagang di pasar tradisional kehilangan pelanggan setianya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: 1.517 Pedagang di Pasar Tradisional Kabupaten Pangandaran Bangkrut
Pewarta | : Syamsul Ma'arif |
Editor | : Deasy Mayasari |