https://priangantimur.times.co.id/
Berita

Bandung Zoo: Satwa Tetap Terjaga di Tengah Pintu yang Tertutup

Jumat, 12 September 2025 - 16:53
Bandung Zoo: Satwa Tetap Terjaga di Tengah Pintu yang Tertutup Yaya Suhaya, Ketua Serikan Pekerja Mandiri Derenten berikan statement kepada para awak media perihal unjuk rasa yang dilakukan di depan Bandung Zoo (FOTO: Dok. TIMES Indonesia - Djarot)

TIMES PRIANGAN TIMUR, BANDUNGBandung Zoo, salah satu lembaga konservasi tertua di Indonesia, kini menghadapi ujian berat setelah penutupan operasional sejak 6 Agustus 2025. Penutupan ini tidak hanya menimbulkan polemik hukum, tetapi juga mengguncang stabilitas pengelolaan satwa dan nasib para pekerja yang selama puluhan tahun mendedikasikan hidup mereka bagi kelestarian fauna.

Di tengah keterbatasan, komitmen para karyawan tetap teguh. Yaya Suhaya, Ketua Serikat Pekerja Mandiri Derenten, menegaskan bahwa meski pintu kebun binatang tertutup, perawatan satwa tidak pernah terhenti. Lebih dari 710 individu satwa dari berbagai spesies tetap diberi makan, dijaga nutrisinya, serta diperhatikan kesehatannya. “Satwa-satwa tetap kami rawat. Kami tidak mau mereka terlantar atau menderita,” ujarnya penuh penekanan, Jumat (12/09/2025).

Yaya mengakui bahwa penutupan ini membuat pemasukan operasional terhenti. Namun hingga saat ini, sebanyak 145 pekerja Bandung Zoo masih menerima gaji penuh. Meski demikian, ia tidak menutupi kecemasan akan masa depan. Tanpa pemasukan dari tiket, beban manajemen semakin berat. “Kami bersyukur masih dibayar, tapi kami juga khawatir, sampai kapan kondisi ini bisa bertahan,” tambahnya.

Kekhawatiran itu beralasan. Satwa-satwa membutuhkan pakan berkualitas setiap hari. Biaya operasional yang besar tidak mungkin terus ditopang tanpa adanya pemasukan. Karyawan sadar, tanggung jawab mereka tidak hanya pada diri sendiri, tetapi terutama pada kehidupan satwa yang menjadi amanah. “Satwa adalah tanggung jawab negara, dan kami hanya menjalankan tugas menjaga titipan itu,” kata Yaya.

Sejarah panjang Bandung Zoo memperkuat urgensi pernyataan tersebut. Didirikan sejak 1930 oleh tokoh Sunda, Rd Ema Bratakoesoema, kebun binatang ini berdiri bukan sekadar sebagai ruang rekreasi, melainkan lembaga konservasi yang melekat dengan budaya lokal. Di sinilah ribuan siswa mendapat edukasi tentang satwa, akademisi melakukan penelitian, dan masyarakat menikmati rekreasi yang mendidik. Penutupan berkepanjangan berarti memutus akses publik pada ruang belajar dan warisan budaya yang sudah berusia hampir satu abad.

Dalam pernyataannya, Yaya dan serikat pekerja menegaskan penyesalan atas langkah penutupan yang dinilai tergesa-gesa dan tidak mempertimbangkan dampak luas. Mereka mendesak agar pihak terkait, termasuk Ditjen KSDAE, BKSDA, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, segera mengambil langkah tegas membuka kembali Bandung Zoo. “Tolonglah segera dibuka agar kami bisa kembali bekerja dan merawat satwa dengan baik,” pintanya.

Lebih jauh, ia menilai intervensi pihak lain dalam pengelolaan kebun binatang tanpa dasar yang jelas justru menambah kerumitan. Penutupan yang diperkuat police line dianggap mengganggu keberlanjutan konservasi sekaligus merugikan masyarakat luas. Menurutnya, yang paling dirugikan adalah generasi muda dan publik yang kehilangan ruang edukasi dan rekreasi. “Kami mohon maaf kepada masyarakat, terutama adik-adik sekolah yang ingin belajar tentang satwa dan masyarakat yang biasa berkunjung. Semua jadi tertunda karena kondisi ini,” ucapnya.

Meskipun penuh tekanan, para pekerja menolak menyerah. Mereka tetap bekerja dengan solidaritas yang tinggi, saling menopang di tengah ketidakpastian. Bagi mereka, menjaga satwa adalah amanat yang tidak bisa ditawar. Di balik pagar yang tertutup, mereka berjuang agar kebun binatang tetap hidup, meski terhalang konflik kepentingan di luar kendali mereka.

Kisah ini menjadi cermin ironi. Sebuah lembaga konservasi yang mestinya mendapat dukungan penuh justru tersandung karena tarik-menarik kepentingan. Di saat karyawan menunjukkan dedikasi tinggi, keputusan sepihak justru mengancam kelangsungan satwa dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada kebun binatang ini.

Bandung Zoo kini berdiri di persimpangan. Apakah ia akan tetap tegak sebagai ruang konservasi dan edukasi, atau terpuruk oleh kebijakan yang tidak berpihak? Harapan karyawan sederhana: kembalikan operasional, hormati regulasi konservasi, dan hentikan intervensi yang tidak jelas dasar hukumnya.

Seperti pesan yang disampaikan Yaya Suhaya, “Kami hanya ingin bekerja dan menjaga satwa kami. Jangan biarkan mereka menjadi korban.” Seruan itu bukan sekadar jeritan pekerja, melainkan panggilan moral bagi semua pihak agar satwa, sebagai titipan bangsa, tidak dikorbankan oleh sengketa manusia. (*)

Pewarta : Djarot Mediandoko
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Priangan Timur just now

Welcome to TIMES Priangan Timur

TIMES Priangan Timur is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.