TIMES PRIANGAN TIMUR, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan berbagai langkah stabilisasi harga ayam pedaging terus dilakukan demi menjaga keseimbangan pasar, menguntungkan peternak, dan tetap terjangkau bagi masyarakat konsumen di seluruh Indonesia.
"Pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus bergerak cepat menjaga kestabilan harga ayam pedaging agar tetap terjangkau masyarakat dan menguntungkan peternak," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Dia menyampaikan hal itu ketika dikonfirmasi mengenai adanya harga ayam potong di berbagai daerah melonjak salah satunya di Banyumas, Jateng, dari Rp35.000 per kg menjadi Rp42.000 per kg.
Akibatnya, penjualan ayam potong anjlok, bahkan masyarakat akhirnya mengurangi konsumsi daging ayam dan beralih ke kaki atau ceker ayam.
Agung menyampaikan Kementan bersama pelaku usaha telah mengupayakan beberapa langkah nyata, antara lain menjaga stok nasional.
Kementan menegaskan Indonesia saat ini mengalami surplus ayam hingga 300 ribu ton, sehingga kebutuhan nasional dapat terpenuhi secara baik dan diharapkan harga ayam tetap stabil meskipun permintaan terus meningkat.
Upaya pengawasan harga di lapangan dilakukan bersama asosiasi perunggasan, Satgas Pangan, dan pemerintah daerah guna mencegah praktik penetapan harga yang merugikan peternak maupun konsumen secara tidak wajar.
Selain itu, Kementan juga mendorong fasilitasi akses distribusi ayam ke berbagai daerah serta mendukung program penguatan daya beli masyarakat, termasuk integrasi dengan program makan bergizi gratis di sejumlah wilayah.
Di sisi peternak, perkembangan harga ayam hidup menunjukkan tren positif, berada pada level yang bagus dan stabil sehingga memberikan keuntungan yang lebih layak dibanding kondisi beberapa bulan sebelumnya.
Meski demikian, lanjut Agung, harga ayam hidup masih berada di bawah harga acuan pembelian di tingkat peternak yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional sebagai acuan kebijakan resmi.
Kementan menegaskan komitmen untuk menjaga keseimbangan harga, sehingga peternak tetap memperoleh margin usaha yang layak sementara konsumen mendapatkan harga daging ayam yang masih terjangkau sesuai daya beli masyarakat.
"Langkah stabilisasi yang dilakukan pemerintah terbukti efektif dalam membantu peternak tidak lagi menjual rugi dan mendorong iklim usaha yang lebih kondusif," beber Agung.
Dikatakan harga ayam hidup di tingkat peternak saat ini berada pada level yang stabil dan cenderung menguntungkan bagi peternak.
Data menyebutkan harga ayam broiler hidup (livebird) di berbagai sentra produksi pada pertengahan September 2025 berada di kisaran Rp21.000-Rp23.000 per kg, bahkan di Aceh dan Medan mencapai Rp24.000-Rp25.000 per kg.
"Harga ini sudah berada di atas biaya pokok produksi rata-rata Rp19.000-Rp21.500 per kg, sehingga peternak memperoleh margin yang wajar dan tidak lagi menjual rugi," jelasnya.
Kemudian di tingkat konsumen, data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 16-18 September 2025, menunjukkan rata-rata harga nasional daging ayam ras di pasar modern maupun tradisional mencapai Rp38.050-Rp39.000 per kg.
"Masih di bawah harga acuan penjualan (HAP) Rp40.000 per kg yang ditetapkan pemerintah," kata Agung. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kementan Gerak Cepat Jaga Stabilitas Harga Ayam Pedaging
Pewarta | : Antara |
Editor | : Deasy Mayasari |